Bdgvibes, Bandung Barat– Bayangkan udara sejuk di kaki Gunung Tangkubanparahu, hamparan kebun sayur, aroma kopi segar, dan jalur trekking yang menantang. Semua itu bukan sekadar panorama alam, tetapi potensi besar yang tengah digarap Desa Wisata Cikahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, lewat pengembangan geowisata berbasis masyarakat.
Melalui program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) hadir memberikan pelatihan bagi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Cikahuripan. Fokusnya: menyusun modul dan paket wisata edukatif yang bisa menjadi daya tarik baru bagi wisatawan.
Ketua Tim PKM UPI, Rini Andari, S.Pd., SE.Par., MM., menyebut pelatihan ini bukan sekadar pembekalan, melainkan jalan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mengelola potensi desa.
“Kami ingin Pokdarwis memiliki pemahaman yang lebih baik tentang geowisata, sehingga potensi yang ada bisa dikemas menjadi paket wisata edukatif dan berkelanjutan,” jelas Rini, Rabu (20/8/2025).
Buku Saku Geowisata: Bekal Pemandu Lokal
Di sesi pertama, Syifa Putri Anggraeni memperkenalkan buku saku geowisata yang menjadi panduan praktis bagi para pemandu lokal.
“Di dalam buku saku terdapat penjelasan tentang cara menjadi pemandu yang baik, edukatif, serta bagaimana menginterpretasikan daya tarik wisata kepada wisatawan,” ujar Syifa.
Buku ini langsung disambut hangat oleh Pokdarwis, yang kini memiliki rujukan resmi dalam menjalankan peran sebagai “cerita hidup” bagi wisatawan.
Merancang Paket Wisata Lewat Business Model Canvas
Sesi berikutnya diisi oleh Audy Putri Kikania yang memperkenalkan metode Business Model Canvas (BMC). Dengan metode ini, Pokdarwis dilatih memetakan potensi desa lalu mengemasnya menjadi produk wisata yang bernilai jual.
“Melalui BMC, kita bisa memetakan potensi desa dan mengemasnya menjadi paket wisata yang bernilai jual,” terang Audy.
Dari sini lahirlah dua paket unggulan. Pertama, trekking menuju puncak Gunung Tangkubanparahu melewati Leuweung Kunti dengan bonus kunjungan ke situs sejarah Benteng Belanda. Kedua, wisata edukasi pertanian yang mengajak wisatawan menanam sayur hingga mencoba sensasi memerah susu sapi.
Bedanya Wisata Edukasi dan Wisata Massal
Pengetahuan wisata edukasi semakin diperdalam dalam sesi bersama Muhamad Aqsal Nur Fadilah, S.Pd. Ia menekankan bahwa wisata edukasi bukan sekadar rekreasi ramai-ramai.
“Wisata edukasi berbeda dengan wisata massal. Pokdarwis perlu memahami cara menyampaikan wawasan yang bermanfaat bagi wisatawan, sekaligus siap menghadapi tantangan di lapangan,” jelas Aqsal.
Selain itu, Aqsal juga membekali peserta dengan strategi pemasaran agar paket wisata yang dirancang bisa menjangkau pasar lebih luas.
Harapan ke Depan: Wisata yang Berkelanjutan
Pelatihan yang melibatkan perangkat desa, Tim PKM UPI, dan anggota Pokdarwis ini berlangsung interaktif. Peserta aktif berdiskusi, bertanya, hingga mengidentifikasi tantangan yang mereka hadapi.
Rini Andari menegaskan, keberhasilan pelatihan ini bukan hanya pada lahirnya paket wisata baru, melainkan juga meningkatnya kepercayaan diri masyarakat.
“Kami berharap kegiatan ini bisa membuka peluang kerja sama dengan berbagai pihak, sehingga aktivitas pariwisata di Desa Cikahuripan dapat terus berkembang secara berkelanjutan,” pungkasnya. (Ran)
1 Komentar
Mantap 👍, Semoga makin berkembang Geowisata Cikahuripan.